1.
TAYUBAN
Tayuban konon lahir di lingkungan kraton dan digunakan untuk
menghormati tamu-tamu agung juga digunakan untuk acara-acara penting seperti
pelakrama agung (perkawinan keluarga Sultan), tanggap warsa, peringatan ulang tahun,
papakan, atau sunatan putra dalem. Tayuban
kemudian menyebar dan berkembang di masyarakat dengan pengaruh negatif baik
datangnya dari luar maupun dari dalam. Waditra yang digunakan adalah laras
pelog, gendang, bedug, saron, bonang dsb. Wiyaga berjumlah 15 orang. Busana
Wiyaga bendo, baju taqwa, kain batik dan celana sontok. Busana Ronggeng kembang
goyang, melati suren, sanggung bokor, cinatok, sangsangan, krestagen dan alat
perhiasan.
2.
JARAN
LUMPING
Jaran Lumping dahulu disebut juga Jaran Bari dari kata Birahi
atau Kasmaran, karena mengajarkan apa dan bagaimana seharusnya kita mencintai
Allah dan Rasulnya. Oleh karen aitu tarian Jaran Lumping digunakan sebagai alat
dalam mengembangkan agama Islam. Yang menciptakan Jaran Lumping adalah Ki Jaga
Naya dan Ki Ishak dari Dana Laya Kecamatan weru. Waditra yang digunakan yaitu
bonang kecil, bonang Gede, panglima, Gendang, Tutukan, Gong, dan Kecrek. sarana
lainnya Damar Jodog, Sesajen, Pedupaan, Bara Api/Aran dan Jaran Lumping 5 buah
yaitu Jaran Sembrani, Jaran Widusakti, Jaran Widujaya, Jaran Sekadiu. Busana
penari menggunakan ikat wulung gundel meled, udeng merah, sumping kantil dan
melati,selendang, rompi, celana sontok, kestagen/bodong dan kain batik
3.
WAYANG KULIT
Wayang Kulit adalah pertunjukan yang garapannya terdiri dari
gabungan beberapa cabang seni (satu dengan yang lainnya saling menunjang,
serempak dan harmonis). Sebagai pokok/penonjolan yang diutamakan memakai peraga
wayang. Pagelaran wayang bersifat
universal (gabungan dari beberapa seni). unsur yang melengkapi dalam garapan
pertunjukan wayang adalah seni sastra, karawitan, drama, seni rupa dan seni
pentas.
4.
GENJIRING RUDAT
Pada awalnya Seni Rudat hanya berkembang di
pesantren-pesantren, namun kemudian seni yang bernafaskan Islam ini berkembang
pula di masyarakat umum. Munculnya kesenian berawal dari tumbuhnya semangat
perjuangan masyarakat dalam upayanya melawan penjajah yang dipimpin oleh
seorang pangeran dari Kesultanan Kanoman Cirebon. Bersama pimpinan-pimpinan pesantren ia
menyusun kekuatan dengan mengajarkan ilmu beladiri pada para santri. Kegiatan
tersebut kemudian disamakan dengan membentuk gerakan-gerakan berbentuk tarian.
Maka dalam tarian Rudat, kita akan melihat perpaduan gerak silat, dzikir dan
gerakan sholat, kemudian diiringi dengan lantunan puji-pujian yang mengagungkan
asma Allah dan Rasulnya. Adapun alat musik yang digunakan dalam pertunjukan
Rudat adalah perangkat genjring, trebang dan bedug.
5.
ANGKLUNG BUNGKO
Angklung Bungko adalah kesenian daerah Cirebon khas dari
desa Bungko di Kecamatan Kapetakan. Waditra yang digunakan adalah gendang,
tutukan, klenong dan gong. Urutan tari
Angklung Bungko adalah tari Panji, Benteleye, Bebek Ngoyot, Ayam Alas. Kesenian
Angklung Bungko dipentaskan dalam acara adat seperti nadran, dan unjung buyut.
6.
TARI SINTREN
Sintren atau Lais menurut dugaan sudah ada sejak zaman animisme
dan dinamisme, dimana pada zaman itu digunakan sebagai salah satu alat untuk
berkomunikasi dengan arwah para leluhur. Pada zaman perkembangan agama Islam di
Cirebon juga digunakan sebagai media dakwah dalam menyebarkan agama Islam,
dimana sangat banyak pesan-pesan terselubung yang mencerminkan falsafah agama
Islam. Waditra yang digunakan pada Sintren adalah buyung tanah, bumbung/ruas
bambu, kendi tanah dan kecrek. Para pelaku adalah seorang dalang sintren atau
lais bodor, wiyaga 4-7 orang, juru dupa, juru kawih sebanyak 12 orang.
7.
TARI KLASIK
Tari klasik adalah salah satu jenis tarian yang berkembang
pada zaman kejayaan Kesultanan Cirebon. Secara garis besar Tari Klasik ada 3
jenis :
1.
Tari Tradisional (tari Baksa,
Sintren, Lais dsb)
2.
Tari Klasik Cirebon (tari topeng,
Ludaya, lengep, gatot kaca, dsb.)
3.
T ari Kreasi
Modern (tari Merak, Kijang, Kupu kap, dsb.)
Waditra
yang digunakan kendang, saron, penerus, bonang, jengglang, tutukan gong, dsb.
Daerah penyekarannya terutama di lingkungan Kraton Kesepuhan Cirebon Daerah
Wilayah III. Fungsi kesenian sebagai hiburan untuk menghormati tamu-tamu agung
atau dalam resepsi kenegaraan.
8.
TARI TOPENG
Kedua tarian ini
berkarakter putra bersifat gagah dengan ciri-ciri kualitas tenaga kuat dan
jangkauan ruang yang luas dengan tempo cepat. Gending yang mengiringi tari
Tumenggung Magang Diraja adalah Gending Tumenggung atau Barlen, sedangkan tari
Jinggananom diiringi dengan musik Bendrong.
9.
BUROK
Kesenian Buroq lahir di Cirebon diperkirakan tahun 1920 di
desa Kalimaro Kecamatan Babakan. Penciptanya yaitu Bapak Ta'al. Genjring Buroq merupakan kesenian helaran atau
arak-arakan terutama dalam khitanan untuk mengarak pengantin sunat. Waditra
yang digunakan adalah 4 buah genjring, gong, gitar, biola dsb. Peralatan boneka
Buroq terdiri dari boneka yang berbadan kuda bersayap dan berkepala wanita
cantik, sepasang boneka ondel-ondel, macan tutul dsb.
1.
SANDIWARA
Sandiwara
adalah kesenian teater yang berkembang di Cirebon diperkirakan berkembang sejak
tahun 1945. Seni sandiwara merupakan salah satu jenis seni hiburan, di dalamnya
ada tarian seperti Tari Serimpi, tari Bedaya dan dilanjutkan dengan cerita yang
diambil dari babad Cirebonan/cerita rakyat. Waditra yang digunakan adalah
rancak bonang, kemyang, saron, titil, penerus, gong, gendang, seruling dsb.
No comments:
Post a Comment